Selasa, 19 Mei 2009

IZINKAN AKU BERZINA

Dari Abu Umamah r.a., ia mengatakan, telah datang seorang pemuda menghadap Rasul saw. seraya berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkanlah saya berzina!” Orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dan memaki, “Celaka kau, celaka kau!” Akan tetapi, Rasulullah mendekati pemuda itu dan duduk di sampingnya. Kemudian terjadilah dialog.

Rasul bertanya, “Apa kau ingin [zina] itu terjadi pada ibumu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka bersabdalah Rasul, “Begitu pula orang-orang lain. Mereka tidak ingin [zina] itu terjadi pada ibu mereka.”

Rasul bertanya lagi, “Apa kau ingin [zina] itu terjadi pada saudara-saudara perempuanmu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka bersabdalah Rasul, “Begitu pula orang-orang lain. Mereka tidak ingin [zina] itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.”

Rasul bertanya lagi, “Apa kau ingin [zina] itu terjadi pada saudara-saudara perempuan bapakmu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka bersabdalah Rasul, “Begitu pula orang-orang lain. Mereka tidak ingin [zina] itu terjadi pada saudara-saudara perempuan bapak mereka.”

Rasul bertanya lagi, “Apa kau ingin [zina] itu terjadi pada saudara-saudara perempuan ibumu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka bersabdalah Rasul, “Begitu pula orang-orang lain. Mereka tidak ingin [zina] itu terjadi pada saudara-saudara perempuan ibu mereka.”

Kemudian [telapak tangan] Rasulullah menyentuh dada pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah! Ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!” (HR Ahmad)

Sekarang, bandingkan tanggapan Rasul ini dengan tanggapan kita para aktivis dakwah yang tadi kita simak. Tampak berbeda, bukan? Sementara tanggapan kita sangat keras seperti pada Alternatif B, tanggapan beliau sangat lembut seperti pada Alternatif A: “Apa kau ingin [zina] itu terjadi pada ibumu, saudara-saudara perempuanmu, dan bibi-bibimu?”

Perhatikan! Rasulullah saw. tidak mendesak si pemuda. Beliau justru memberi keleluasaan bagi dia untuk mempertimbangkan kembali permohonannya. Beliau pun tidak menakut-nakuti atau pun mengutuk dia. Beliau malah menggembirakan dia dengan menyentuh dadanya seraya berdoa: “Ya Allah! Ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!”

Tidak ada komentar: